Adagium Perjuangan Bangsa dan Kewajiban GMNI dalam Perjuangan Bangsa

LOGO GMNI

Revolusi industri di Inggris sejak awal abad 19 adalah awal perubahan sejarah dunia yang telah merekonstruksi peradaban baru dalam sistem perekonomian dunia. Revolusi industri telah memunculkan imperialisme yang kemudian menjadi politik luar negeri bangsa-bangsa eropa dalam abad sembilan belas sampai awal abad dua puluh. Imperialisme dipandang sebagai satu-satunya jalan yang harus ditempuh oleh negara-negara maju sebagai sebuah keharusan ekonomi (economische noodzakelijkheid) jika tidak menginginkan negaranya mengalami krisis ekonomi dan kebangkrutan akibat akumulasi barang dan modal karena terbatasnya pasar dan lahan usaha
Implikasinya, sejarah dunia kemudian berubah menjadi sebuah sejarah peperangan panjang antar negara-negara maju yang saling berebut wilayah jajahan demi penguasaan pasar, investasi modal, dan bahan baku (sumber daya alam). Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang masuk dalam perebutan wilayah jajahan tersebut. Selama tiga abad lebih, bangsa Indonesia menjadi koloni-koloni imperium negara maju silih berganti. Dan selama tiga abad itu pula realitas sosial masyarakat Indonesia telah terjerumus dalam penindasan dan penghisapan. Walaupun perang fisik antara negara-negara maju telah berakhir paska perang dunia kedua dengan dilahirkannya declaration of human right, namun peradaban dunia ternyata masih belum mampu lepas dari cengkeraman imperialisme negara-negara maju. Politik imperialisme yang pada abad sembilan belas dilakukan secara fisik dengan pengerahan kekuatan bersenjata, saat ini telah berubah dengan cara membuat sebuah ketergantungan baru negara-negara dunia ketiga dengan investasi modal dan pinjaman hutang dari negara-negara maju. Lembaga-lembaga donatur internasional (IMF, World Bank, ADB, dan lain-lain) adalah salah satu alat yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan transnasional (TNC) untuk menundukkan negara-negara dunia ketiga dengan jebakan hutang luar negeri.
Bangsa Indonesia adalah salah satu korban dari jebakan hutang luar negeri yang dimainkan TNC melalui World Bank, IMF dan lembaga-lembaga donatur internasional tersebut. Implikasinya, saat ini negara Indonesia terpaksa harus tunduk pada kemauan TNC dengan menjadikan wilayah nusantara sebagai pasar global melalui liberalisasi dan deregulasi, dan membiarkan MNC mengeruk sumber daya alam melalui privatisasi. Tidak cukup itu, pos-pos anggaran yang dianggap “tidak produktif” (seperti pendidikan dan kesehatan) dan segala jenis subsidi pun harus dipotong karena dianggap merugikan TNC.
Ekspansi ekonomi barat dengan berbagai jebakannya juga diikuti oleh ekspansi sistem secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. Negara-negara dunia ketiga dipaksa untuk mengikut pola dan orientasi pembangunan pada cara barat atas nama globalisasi. Jika dalam ekpansi ekonomi barat menggunakan investasi modal internasional, jebakan hutang (debt trap) serta pengaruhnya dalam mengendalikan pasar, dalam aspek politik „barat‟ lebih menggunakan sistem demokrasi liberal-nya sebagai model untuk dicontoh dan diterapkan oleh negara-negara dunia ketiga. Seiring dengan penguasaan dalam bidang ekonomi dan politik maka secara otomatis aspek kebudayaan juga terpengaruh secara signifikan, mewabahnya konsumerisme dan invidualisme menjadi indikator bahwa secara budaya Indonesia juga telah terjajah secara kebudayaan.
Realitas tersebut di atas adalah pil pahit yang harus ditelan oleh rakyat Indonesia akibat pengkhianatan rejim yang berkuasa terhadap cita-cita bangsa, sehingga Indonesia yang seharusnya menjadi negara yang berdaulat dan merdeka kini hanya menjadi negara satelit dari negara-negara adikuasa. Untuk itu sebagai organisasi kader sekaligus organisasi perjuangan sudah menjadi kewajiban bagi GMNI untuk menyelamatkan kehidupan rakyat Indonesia dari segala bentuk penindasan dan penghisapan seperti yang terjadi saat ini, dan oleh karenanya maka GMNI harus mampu menjadi wadah perjuangan bagi seluruh kader bangsa yang peduli dan sadar terhadap realitas kehidupan kebangsaan Indonesia saat ini. GMNI harus mempu mencetak kader-kader bangsa yang akan menyelamatkan dan membawa kehidupan rakyat Indonesia menuju cita-cita kebangsaan yaitu terciptanya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dalam sebuah kehidupan negara yang merdeka dan berdaulat. Sebagai lembaga perjuangan kader, maka GMNI dituntut menjadikan tubuhnya sebagai lembaga pendidikan bagi kader bangsa dengan tugas pokok menyusun segala strategi perjuangan yang akan digunakan para kader untuk mewujudkan cita-cita kebangsaan tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARI KARTINI UNTUK GENERASI MASA KINI

MENTAL MISKIN BERJIWA PENGEMIS

GmnI ITM Hadiri Pelantikan Pengurus Baru GMNI FIB USU